Weizz..ngeri banget ya judulnya, kesannya
berat gitu ya, bahasnya soal nikah, soal jodoh, ahahahaaa :D
Membuat
tulisan ini bukan karena aku iri kepada siapapun yang sudah menikah, bukan pula
bentuk ratapan karena jodohku belum datang, bukan pula bentuk sensitifitas ku
pada siapapun pasangan yang sudah menikah...Bukan..bukan..Insha Allah aku
turut senang kepada siapapun yang sudah dipertemukan dengan jodohnya lalu
menyegerakan perintahNya untuk menikah .
Setelah lulus kuliah di tahun 2012 dan sudah mulai konsisten berkarya di duniaku (pendidikan anak), ada salah satu mimpi dalam hidupku selanjutnya yaitu Menikah. Beberapa waktu yang lalu aku sempat terbawa arus sibuk mencari jodoh. Asyik deh hunting &beli buku-buku tentang pernikahan. Asyik menonton Film yang ada hubungannya dengan pernikahan. Rasa-rasanya Serba indah, hm..serba indah atau malah serba salah ya, hehe...
Sosial media juga semakin hari semakin gencar dengan berita atau artikel-artikel tentang jodoh dan pernikahan, sehingga berhasil banget membuatku kala itu hanya fokus pada persoalan jodoh dan menikah.
Membeli
buku2 pernikahan, mencari informasi tentang hal-hal tersebut tentu tak ada
salahnya, itu bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk usaha mempersiapkan diri
untuk menyambut jodoh dan pernikahan. Yang menjadi masalah adalah ketika kita
kebablasan menganggap menikah sebagai tujuan akhir hidup kita. Iya kita tahu
tujuan kita dihidupkan ke dunia ini itu untuk ibadah, dimana Ibadah itu
memiliki makna yang luas, menikah juga salah satu bentuk ibadah. Namun karena
saking fokusnya akan persoalan jodoh dan menikah, kenyataanya seringkali kita justru
terlalu sibuk mengira-ira siapa jodoh kita hingga lupa akan hal lainnya. Hingga
tanpa sadar kita mendahului sutradara dalam kehidupan kita yang
sesungguhnya. Postingan ini bukan bentuk
tentangan akan hal jodoh dan menikah. Sudah sangat jelas diatas bahwa aku pun
ingin menikah.
Postingan
ini hanya bentuk renungan atas cerita hidupku sendiri saat *bar-bar,terlalu
sibuk memikirkan mana jodohku, kapan aku menikah, dan sebangsanya.
Aku
tak akan berlarut-larut menyesali fase hidupku yang lalu.
InshaAllah
aku mulai bisa berdamai dengan masa lalu.
Bukankah
menyesal itu tak profesional, kalau aku diam dan tak berbuat apa-apa.
Sekarang
usiaku sudah 24th, sudah bukan remaja lagi, jalan pikiran dan sikapku tentulah
sudah jauh berbeda dari meta setahun atau dua tahun yang lalu. Sudah seharusnya
semakin mendewasa. Cara menyambut jodohnya pun sudah seharusnya tak kekanakan
lagi. Tak boleh lupa bahwa jodoh & menikah bukan perkara manusia dengan
manusianya lainnya saja, tapi lebih intim lagi, yaitu antara aku, Allah dan dia
(jodohku).
Bila
hingga detik ini masih sendiri, berarti masih diberi kesempatan belajar di
kelas menumbuhkan prasangka baik padaNya, bahwa Allah masih mempercayakan
kemuliaan itu pada diri ini.
Semangat
mengisi dan menikmati hari-hari selanjutnya dengan banyak hal yang bermanfaat,
teruslah belajar, jangan mengeluh dan ingatlah bahwa menikah hanyalah sebagian
kecil dari perkara kehidupan. Meski kecil namun tetap harus kita sambut dengan
suka cita dan kesiapan diri yang lebih matang.
Jadi
ingat cuplikan-cuplikan obrolan dengan teman-teman yang sudah menikah, seperti
ini:
“...Hei..kalau ingin menikah, berarti siap-siap terima apapun
kelebihan dan kekurangan pasangan kita ya”
(Terdengar
mudah saat merasa asal sudah cinta, prakteknya? Embuh kuwi...)
“...kalau sudah mau menikah, jangan sampai mudah bilang pisah ya,
menikah tak seperti saat pacaran yang dengan mudah bilang putus terus minta
balikan terus putus terus balikan lagi..Hadeih..itu sih namanya belum SIAP
nikah”
(Astagfirullah...itu
minta cerai ya namanya,,jangan sampai Yaa Allah, Jangan.)
“...kalau ada jomblowan/jomblowati yang sering bilang begini, makanan
sesederhana apapun asal dimakan dengan orang yang kita sayang pasti jadi lebih
nikmat!”
(
Huwee,,,itu ngga berlaku kalau lagi mabok pas hamil..huwek..gombale polll)
Lots
of Love
Tidak ada komentar:
Posting Komentar